Sejarah Peradaban Islam
(Studi Pengantar)
Penulis
H.Ibnu Anshori - Muhlisin
==============================
Pengantar Penulis
Terdapat sebuah statemen menarik dari sebuah diskusi bersama kawan – kawan, bahwa Peradaban Islam ——yang hadir pada dimensi ruang dan waktu—— sekarang ini telah mengalami apa yang kita sebut dengan kembalinya Abad Kegelapan (Darkness Order). Dan proposisi yang menyatakan bahwa saat ini merupakan “Era Kebangkitan Kembali Islam” patut dipertanyakan ulang. Asumsi ini akan semakin konkrit ketika melihat secara faktual pada kasus akhir – akhir ini yakni serangan AS atas Baghdad. Secara sepintas penulis menganalogkan, bahwa demikian itulah kekejian dan keganasan pasukan Jengis Khan, yang secara membabi buta menyerbu Baghdad pada 1258 M yang menjadi akhir dari sebuah peradaban besar dan kokoh dengan dukungan politik dan sosial secara mantap yang dibangun selama 8 abad lamanya dan pada akhirnya hancur dan diluluhlantakkan tanpa bekas.
Cuma fenomena sekarang yang berbeda mungkin pelaku-pelakunya dan alat – alat tempur yang mereka gunakan. Pada sembilan abad yang lalu —tepatnya 1258—— penyerbuan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan, mereka ini memporak porandakan Baghdad ——yang merupakan pusat peradaban dan kekuasaan Islam—— dengan peralatan yang relatif sederhana, akan tetapi ketika AS menyerbu Baghdad, mereka ini didukung dengan peralatan perang yang canggih dan modern. Kenyataan faktual inilah yang memungkinkan dijadikan dasar pijakan untuk membenarkan sebuah proposisi bahwa keberulangan sejarah memiliki kecenderungan untuk muncul kembali, sehingga kita akan membenarkan sebuah kesimpulan dan argumentasi yang dikemukakan
oleh Frichof Capra dengan teori Titik Balik Perdabannya. Bahkan sempat suatu ketika penulis mendapat celetukan dari orang awam yang intinya mereka ini mengambil kesimpulan bahwa perang salib yang terjadi dalam sejarah (abad 13) masa lalu, kini mengemuka kembali. Apalagi jika kita mengaitkannnya dengan posisi geografis yang sejajar, yakni pada 1258 yang diserang oleh tentara Mongol adalah Baghdad, dan pada
2003 M beberapa tahun yang lalu, yang diserang dan diluluhlantakkan oleh AS juga kotaBaghdad-Irak.
Terlepas dari perdebatan atas berbagai persoalan diatas kami tidak ingin berdebat lebih jauh yang pada akhirnya akan terjadi sebuah bias – bias interpretasi penilaian yang kurang adil, akan tetapi sebuah catatan yang dapat dikemukakan, bahwa ada semacam kecenderungan —— bahkan ini menjadi salah satu model berfikir kebanyakan manusia
—— untuk memandang sejarah sebagai sesuatu yang pasti dan senantiasa berhubungan dengan fenomena kekinian, bahkan fenomena kekinian pasti diukur dan ditelaah melalui indikator sejarah masa lalu yang telah lewat. Pendekatan berfikir semacam inilah dalam tradisi intelektual kita sebut sebagai pendekatan historis (kesejarahan). Diakui oleh segenap disiplin keilmuan apapun, bahwa pendekatan historis merupakan sebuah keniscayaan untuk mendapatkan telaah komprehensif atas berbagai ruang lingkup dan kerangka normatif teoritis sebuah disiplin ilmu. Hal ini tentunya kita tidak mungkin menutup mata atas kajian ilmu – ilmu keislaman dimana penulis berkecimpung di dalamnya, yakni Institusi IAIN sebagai lembaga pengkajian ilmu keislaman.
Dengan asumsi bahwa mengkaji Islam harus dilakukan secara kaffah maka pendekatan historis dalam keilmuan Islam harus menjadi sebuah acuan strategis yang patut dipertimbangkan. Pengkajian Islam dengan pendekatan normatif akan terasa kering dan tidak menghasilkan khazanah yang utuh, tanpa diiringi dengan kajian keilmuan Islam dengan pendekatan historis. Dalam ranah inilah hadirnya sebuah book sejarah peradaban Islam yang ada ditangan pembaca ini mengambil positioningnya.
Buku ini hadir merupakan bentuk kecil dan sederhana atas kegelisahan penulis, atas fenomena dasar bahwa banyak dari generasi-generasi kita ini kurang memahami atau bahkan cenderung melupakan pendekatan sejarah sebagai sebuah keniscayaan dalam mengkaji ilmu keislaman. Kami berharap dengan hadirnya risalah yang kami susun berdasarkan materi kuliah ini memberikan sebuah manfaat yang berarti bagi segenap pembaca sekalian, yang pada akhirnya generasi masa kini tidak kebingungan untuk melakukan kerangka analisis terhadap berbagai bentuk fenomena kesekarangan.Dengan selesainya pengusunan buku Sejarah Peradaban Islam (Studi Pengantar) ini
kami tidak dapat melupakan atas dukungan dan partisipasi dari semua pihak, sehingga risalah ini bisa diterbitkan. Kami menyampaikan terima kasih kepada bapak rektor IAIN Sunan Ampel, Prof. Dr. Ridlwan Nasir, MA yang berkenan memberikan Prawacana pada buku ini, kepada Sandi Press yang berinisiatif untuk menerbitkan buku ini dan kepada Bapak Tanwiyono Joyonegoro yang memberikan dukungan yang berarti atas usaha penulis untuk senantiasa berkarya.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu yang telah membantu, sehingga dengan berbagai kesibukan penulis atas jasa dan bantuan mereka – mereka itu, khususnya pula penghargaan pada Muhlisin dan Holilah yang secara teknis ikut membantu dalam penulisan buku ini, sehingga buku ini bisa tersusun dan hadir dalam bentuknya yang ada sekarang ini.
Selanjutnya harapan kami, mudah-mudahan karya sederhana ini bermanfaat buat semuanya, dan menjadi awal untuk memacu pengembaraan intelektual penulis untuk masa – masa yang akan datang. Amin
Cuma fenomena sekarang yang berbeda mungkin pelaku-pelakunya dan alat – alat tempur yang mereka gunakan. Pada sembilan abad yang lalu —tepatnya 1258—— penyerbuan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan, mereka ini memporak porandakan Baghdad ——yang merupakan pusat peradaban dan kekuasaan Islam—— dengan peralatan yang relatif sederhana, akan tetapi ketika AS menyerbu Baghdad, mereka ini didukung dengan peralatan perang yang canggih dan modern. Kenyataan faktual inilah yang memungkinkan dijadikan dasar pijakan untuk membenarkan sebuah proposisi bahwa keberulangan sejarah memiliki kecenderungan untuk muncul kembali, sehingga kita akan membenarkan sebuah kesimpulan dan argumentasi yang dikemukakan
oleh Frichof Capra dengan teori Titik Balik Perdabannya. Bahkan sempat suatu ketika penulis mendapat celetukan dari orang awam yang intinya mereka ini mengambil kesimpulan bahwa perang salib yang terjadi dalam sejarah (abad 13) masa lalu, kini mengemuka kembali. Apalagi jika kita mengaitkannnya dengan posisi geografis yang sejajar, yakni pada 1258 yang diserang oleh tentara Mongol adalah Baghdad, dan pada
2003 M beberapa tahun yang lalu, yang diserang dan diluluhlantakkan oleh AS juga kotaBaghdad-Irak.
Terlepas dari perdebatan atas berbagai persoalan diatas kami tidak ingin berdebat lebih jauh yang pada akhirnya akan terjadi sebuah bias – bias interpretasi penilaian yang kurang adil, akan tetapi sebuah catatan yang dapat dikemukakan, bahwa ada semacam kecenderungan —— bahkan ini menjadi salah satu model berfikir kebanyakan manusia
—— untuk memandang sejarah sebagai sesuatu yang pasti dan senantiasa berhubungan dengan fenomena kekinian, bahkan fenomena kekinian pasti diukur dan ditelaah melalui indikator sejarah masa lalu yang telah lewat. Pendekatan berfikir semacam inilah dalam tradisi intelektual kita sebut sebagai pendekatan historis (kesejarahan). Diakui oleh segenap disiplin keilmuan apapun, bahwa pendekatan historis merupakan sebuah keniscayaan untuk mendapatkan telaah komprehensif atas berbagai ruang lingkup dan kerangka normatif teoritis sebuah disiplin ilmu. Hal ini tentunya kita tidak mungkin menutup mata atas kajian ilmu – ilmu keislaman dimana penulis berkecimpung di dalamnya, yakni Institusi IAIN sebagai lembaga pengkajian ilmu keislaman.
Dengan asumsi bahwa mengkaji Islam harus dilakukan secara kaffah maka pendekatan historis dalam keilmuan Islam harus menjadi sebuah acuan strategis yang patut dipertimbangkan. Pengkajian Islam dengan pendekatan normatif akan terasa kering dan tidak menghasilkan khazanah yang utuh, tanpa diiringi dengan kajian keilmuan Islam dengan pendekatan historis. Dalam ranah inilah hadirnya sebuah book sejarah peradaban Islam yang ada ditangan pembaca ini mengambil positioningnya.
Buku ini hadir merupakan bentuk kecil dan sederhana atas kegelisahan penulis, atas fenomena dasar bahwa banyak dari generasi-generasi kita ini kurang memahami atau bahkan cenderung melupakan pendekatan sejarah sebagai sebuah keniscayaan dalam mengkaji ilmu keislaman. Kami berharap dengan hadirnya risalah yang kami susun berdasarkan materi kuliah ini memberikan sebuah manfaat yang berarti bagi segenap pembaca sekalian, yang pada akhirnya generasi masa kini tidak kebingungan untuk melakukan kerangka analisis terhadap berbagai bentuk fenomena kesekarangan.Dengan selesainya pengusunan buku Sejarah Peradaban Islam (Studi Pengantar) ini
kami tidak dapat melupakan atas dukungan dan partisipasi dari semua pihak, sehingga risalah ini bisa diterbitkan. Kami menyampaikan terima kasih kepada bapak rektor IAIN Sunan Ampel, Prof. Dr. Ridlwan Nasir, MA yang berkenan memberikan Prawacana pada buku ini, kepada Sandi Press yang berinisiatif untuk menerbitkan buku ini dan kepada Bapak Tanwiyono Joyonegoro yang memberikan dukungan yang berarti atas usaha penulis untuk senantiasa berkarya.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu yang telah membantu, sehingga dengan berbagai kesibukan penulis atas jasa dan bantuan mereka – mereka itu, khususnya pula penghargaan pada Muhlisin dan Holilah yang secara teknis ikut membantu dalam penulisan buku ini, sehingga buku ini bisa tersusun dan hadir dalam bentuknya yang ada sekarang ini.
Selanjutnya harapan kami, mudah-mudahan karya sederhana ini bermanfaat buat semuanya, dan menjadi awal untuk memacu pengembaraan intelektual penulis untuk masa – masa yang akan datang. Amin
Surabaya, Desember 2006
H. Ibnu Anshori/MUHLISIN
0 komentar:
Posting Komentar
berilah komentar yang saling mendukung saling menghormati sesama