“Illahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Maha Tahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta_mua. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tidak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya. Ya Illahi, berikanlah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menitis-nitis dalam dinding hatiku ini. Illahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu” Isak Zahid merayu kepada Tuhan sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.
Zahid terus meratap hiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus dipaksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin dia meratap embun-embun cinta itu semakin deras air mata mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindunya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya…
0 komentar:
Posting Komentar
berilah komentar yang saling mendukung saling menghormati sesama