BAB I
A. PENDAHULUAN
Ibnu al-Miskawaih adalah tokoh falsafah Islam yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Beliau adalah seorang ahli sejarah, tabib, ilmuwan, ahli pendidikan dan sastrawan. Pengetahuannya mengenai kebudayaan Roma,Persia, India, dan Yunani sangat luas. Ibnuu Miskawaih terkenal dengan pemikiran tentang al nafs dan al akhlaq, serta pemikiran tentang pendidikan islam.
Membahas pemikiran seorang tokoh seperti Ibnu Miskawaih akan menjadi menarik dan terus menarik sepanjang perkembangan khazanah intelektual muslim .karena corak pemikiran kefilsafatannya, namun juga karena mencermelangkan idenya melalui kisah-kisah ajaib yang penuh kebenaran sehingga semakin megukirkan nama besarnya.
Dalam makalah ini akan dibahas sejarah singkat Ibnu al Miskawaih dan konstribsi Ibnu al-Miskawaih dalam sejarah dan filsafatnya yang rinciannya akan dibahas di pembahasan sebagai berikut
BAB II
B. PEMBAHASAN
1. Riwayat hidup Ibnu al-Miskawaih
Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ya’qub Ibnu al-Miskawaih, ia lahir pada tahun 320 H/932 M. di Ray, dan meninggal di Isfahan pada tanggal 9 Safar tahun 312H/16 februari 1030 M, Ibnu al-Miskawaih hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihi (320-450H/932-1062M) yang sebagian besar pemukanya bermazhab syiah . Kelahirannya Ibnu al-Miskawaih didasari daripada nama datuknya, Miskawaih yang asalnya beragama Majusi, kemudian memeluk agama Islam. Namalengkapnya Abu Ali Al-Khazin Ahmad Ibnu Muhammad Ya'kub dikenal dengangelar Ibnuu Miskawaihi. Dia berdarah Persi yang hidup tumbuh danberkembang di tengah-tengah masyarakat elite Arab. Miskawaihi, adalah nama rumpun keluarga. Dia dilahirkan di Ray, sebuah kota sebelah SelatanTeheran pada tahun 320 H. Dia hidup pada zaman Daulah Bani Buwaihi(334-447 H) yang berkuasa di Bagdad.
2. Pendidikan Ibnu al-Miskawaih
Ia belajar sejarah dan filsafat, serta pernah menjadi khazin (pustakawan) dan bendaharawan dan pendidik anak para pemuka dinasti buwaihi, dimana dia dapat menuntut ilmu dan memperoleh banyak hal positif berkat pergaulannya dengan kaum elit dan para ilmuan seperti Abu Hayyan at-Tahuhidi, Ibnu Sina . Selain itu Ibnu al-Miskawaih juga terkenal sebagai sejarawan besar yang kemashurannya melebihi pendahulunya yaitu at-Tabari (w 310H/923M)S, etelah itu Ibnuu Miskawaih meninggalkan Ray menuju Bagdad dan mengabdi kepada istana Pangeran Buwaihi sebagai bendaharawan dan beberapa jabatan lain. Akhir hidupnya banyak dicurahkannya untuk studi dan menulis .
Inbnu Miskawaih merupakan seorang intelektual muslim pertama dibidang filsafat ahklak, keahliannya dalam bidang ahklak dapat dilihat dalam konsep pendidikannya yang dirumuskannya sebagai berikut
a. Konsep manusia
Ibnu al-Miskawaih memandang manusia sebagai mahkluk yang memiliki macam-macam daya, menurutnya dalam diri manusia ada tiga daya yaitu: daya nafsu sebagai daya terndah, daya berani sebagai daya pertengahan, dan daya berpikir daya yang paling tinggi, ketiga daya ini merupakan unsure ruhani manusia yang asal kejadiannya berbeda
Pemikiran Filsafat Ibnuu Miskawaih
a. Filsafat Jiwa (al nafs)
Menurut Ibnuu Miskawaih, Jiwa berasal dari limpahan akal aktif (‘aqlfa’al). jiwa bersifat rohani, suatu substansi yang sederhana yang tidak dapat diraba oleh salah satu panca indera. Jiwa tidak bersifat material, ini dibuktikan Ibnuu Miskawaih dengan adanya kemungkinan jiwa dapat menerima gambaran-gambaran tentang banyak hal yang bertentangan satu dengan yang lain. Misalnya, jiwa dapat menerima gambaran konsep putih dan hitam dalam waktu dalam waktu yang sama, sedangkan materi hanya dapat menerima dalam satu waktu putih atau hitam saja. Jiwa dapat menerima gambaran segala sesuatu, baik yang indrawi maupun yang spiritual. Daya pengenalan dan kemampuan jiwa lebih jauh jangkauannya dibanding daya pengenalan dan kemampuan materi. Bahkan dunia materi semuanya tidak akan sanggup memberi kepuasan kepada jiwa.
Lebih dari itu, di dalam jiwa terdapat daya pengenalan akal yang tidak didahului dengan pengenalan inderawi. Dengan daya pengenalan akal itu, jiwa mampu membedakan antara yang benar dan yang tidak benar berkaitan dengan hal-hal yang diperoleh panca indera. Perbedaan itu dilakukan dengan jalan membanding-bandingkan obyek-obyek inderawi yang satu dengan yang lain dan membeda-bedakannya.
Dengan demikian, jiwa bertindak sebagai pembimbing panca indera dan membetulkan kekeliruan yang dialami panca indera. Kesatuan aqliyah jiwa tercermin secara amat jelas, yaitu bahwa jiwa itu mengetahui dirinya sendiri, dan mengetahui bahwa ia mengetahui dirinya, dengan demikian jiwa merupakan kesatuan yang di dalamnya terkumpul unsur-unsur akal, subyek yang berpikir dan obyek-obyek yang dipikirkan, dan ketiga-tiganya merupakan sesuatu yang satu.
Ibnuu Miskawaih menonjolkan kelebihan jiwa manusia atas jiwa binatang dengan adanya kekuatan berfikir yang menjadi sumber pertimbangan tingkah laku, yang selalu mengarah kepada kebaikan. Lebih jauh menurutnya, jiwa manusia mempunyai tiga kekuatan yang bertingkat-tingkat. Dari tingkat yang paling rendah disebutkan urutannya sebagai berikut:
Al nafs al bahimiyah (nafsu kebinatangan) yang buruk.
Al nafs al sabu’iah (nafsu binatang buas) yang sedang
Al nafs al nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik .
b. Filsafat Akhlaq
Sebagai “Bapak Etika Islam”, Ibnuu Miskawaih dikenal juga sebagai Guru Ketiga (al Mu’allim al tsalits), setelah al Farabi yang digelari Guru Kedua (al Mu’allim al tsani). Sedangkan yang dipandang sebagai Guru Pertama (al Mu’allim al awwal) adalah Aristoteles. Teori Miskawaih tentang etika dituangkan dalam kitabnya yang berjudul Tahzib al Akhlaq wa That-hir al ‘Araq (Pendidikan budi pekerti dan pembersihan watak).
Kata akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Ibnuu Miskawaih memberikan pengertian khuluq sebagai keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikirkan dan diperhitungkan sebelumnya .
Dengan kata lain, khuluq merupakan keadaan jiwa yang mendorong timbulnya perbuatan secara spontan. Keadaan jiwa tersebut bisa merupakan fitrah sejak kecil, dan dapat pula berupa hasil latihan membiasakan diri, hingga menjadi sifat kejiwaan yang dapat melahirkan perbuatan baik.
Dari pengertian itu dapat dimengerti bahwa manusia dapat berusaha mengubah watak kejiwaan pembawa fitrahnya yang tidak baik menjadi baik. Manusia dapat mempunyai khuluq yang bermacam-macam baik secara cepat maupun lambat. Hal ini dapat dibuktikan pada perubahan-perubahan yang dialami anak dalam masa pertumbuhannya dari satu keadaan kepada keadaan lain sesuai dengan lingkungan yang mengelilinginya dan macam pendidikan yang diperolehnya.
Ibnuu Miskawaih menetapkan kemungkinan manusia mengalami perubahan-perubahan khuluq, dan dari segi inilah maka diperlukan adanya aturan-aturan syari’at, diperlukan adanya nasihat-nasihat dan berbagai macam ajaran tentang adab sopan santun. Adanya itu semua memungkinkan manusia dengan akalnya untuk memilih dan membedakan mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Dari sini pula Ibnuu Miskawaih memandang penting arti pendidikan dan lingkungan bagi manusia dalam hubungannya dengan pembinaan akhlaq .
3. Karya-karya Ibnuu Miskawaih
Ibnuu Miskawaih ialah seorang pujangga yang memiliki keahlian dalam bermacam-macam ilmu, terutama ilimu sejarah, ilmu tabib dan ilmu dalam kebudayaa Islam pada jamannya. Dan oleh karena itu beberapa buah diantaranya sampai sekarang masih menjadi bahan penyelidikan dan sudah banyak diterjemahkan orang dalam beberapa bahasa Eropa dan Asia .
Keseluruhan karyanya berjumlah 18 buah yang sebagian besar mengkaji masalah jiwa dan Etika. Diantara karyanya antara lain:
a. Al-Fauz Al-Ashghar (Tentang keberhasilan)
b. Tajarib Al-Umam (Tentang pengalamn bangsa-bangsa)
c. Tahdzib Al-Akhlaq (Tentang pendidikan Akhlak)
d. Al-Ajwibah wa Al-Asilah fi al-Nafs wa al-‘Aql (Tanya jawab tentang jiwa dan akal)
e. Al-Jawab fi al-Masil al-Tsalats (Jawaban tentang tiga masalah)
f. Thaharah al-Nafs (kesucian jiwa)
g. Risalah fi al-Ladzdzah wa al-Alam fi Jauhar al-Nafs (Tentang kesenangan dan kesedihan jiwa) dan
h. Risalah fi Haqiqah al-‘Aql (Tentang hakikat akal)
i. Al-Fauz al-Akbar
j. Uns al-Farid (koleksi anekdot, syai’ir, pribahasa, dan kata-kata hikmah)
k. Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik)
l. Al-Mustaufa (sya’ir-sya’ir pilihan)
m. Jawidan Khirad (koleksi ungkapan bijak)
n. Al-Jami’
o. Al-Siyar (tentang tingkah laku kehidupan)
p. On the simple Drugs (tentang kedokteran)
q. On the composition of the Bajat (seni memasak)
r. Kitab al-Asyribah (tentang minuman)
Dalam literature lain karya Ibnu al-Miskawaih tidak hanya 18 akan tetapi berjumlah 41 artikel dan karya tulis berbentu buku, dan semua karya Ibnu al-Miskawaih tidak lepas dari kepentingan filsafat ahklak, sehubungan dengan itu tidak mengherankan jika Ibnu al-Miskawaih dikenal sebagai tokoh moralitas, diantara karya tulisnya adalah: Risalah Fi Al-Lazzat Wa Al-Alam, Risalah Fi At-Tabi,At, Risalah Fi Al-Jawhar, Risalah An-Nafs, Maqalat An-Nafs Wa Al-Aql,Fi Isbat As-Shuwar Al-Rubaniyat Allati Layabula Lana, Min Kitab Al-Aql Wa Az-Zaman, Tahzib Al-Akhlak Wa Tabbir Al-A’raq Rasalah Jawab Fi Suali Ali Ibn Miskawaaih Lla Abi Hayyan As-Shauli Haqiqat Al-Adl
4. Konstribusi Ibnu al-Miskawaih dalam peradaban islam
Dilihat dari tahun lahir dan wafatnya, Miskawaih hidup pada masa pemerintahan Bani Abbas yang berada di bawah pengaruh Bani Buwaihi yang beraliran Syi’ah dan berasal dari keturunan Parsi Bani Buwaihi yang mulai berpengaruh sejak Khalifah al Mustakfi dari Bani Abbas mengangkat Ahmad bin Buwaih sebagai perdana menteri dengan gelar Mu’izz al Daulah pada 945 M. Dan pada tahun 945 M itu juga Ahmad bin Buwaih berhasil menaklukkan Baghdad di saat bani Abbas berada di bawah pengaruh kekuasaan Turki. Dengan demikian, pengaruh Turki terhadap bani Abbas digantikan oleh Bani Buwaih yang dengan leluasa melakukan penurunan dan pengangkatan khalifah-khalifah bani Abbas .
Puncak prestasi bani Buwaih adalah pada masa ‘Adhud al Daulah (tahun 367 H – 372 H). Perhatiannya amat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan, dan pada masa inilah Miskawaih memperoleh kepercayaan untuk menjadi bendaharawan ‘Adhud al Daulah. Juga pada masa ini Miskawaih muncul sebagai seorang filosof, tabib, ilmuwan, dan pujangga. Tapi, disamping itu ada hal yang tidak menyenangkan hati Miskawaih, yaitu kemerosotan moral yang melanda masyarakat. Oleh karena itulah agaknya Miskawaih lalu tertarik untuk menitikberatkan perhatiannya pada bidang etika Islam .
Ibnuu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak (etika) walaupun perhatiannya luas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran, bahasa, sastra, dan sejarah. Bahkan dalam literatur filsafat Islam, tampaknya hanya Ibnuu Miskawaih inilah satu-satunya tokoh filsafat akhlak . sumber filsafat etika Ibnuu Miskawaih berasal dari filsafat Yunani, peradaban Persia, ajaran Syariat Islam, dan pengalaman pribadi. Ibnuu Miskawaih berbeda dengan al-Kindi dan al-Farabi yang lebih menekankan pada aspek metafisik, Ibnuu Miskawaih lebih pada tataran filsafat etika seperti al-Ghazali.Akhir hidupnya banyak dicurahkannya untuk studi dan menulis. Sehingga IbnuuMiskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak (etika) walaupun perhatiannyaluas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran, bahasa, sastra, dan sejarah. Bahkan dalam literatur filsafat Islam, tampaknya hanya IbnuuMiskawaih inilah satu-satunya tokoh filsafat akhlak. Semasa hidupnya, iamerupakan anggota kelompok intelektual terkenal seperti al-Tawhidi and al-Sijistani sampai wafatnya tahun 421 H (16 Februari 1030 M) di Asfahandalam usia 91 tahun.
KESIMPULAN
Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ya’qub Ibnu al-Miskawaih, ia lahir pada tahun 320 H/932 M. di Ray, dan meninggal di Isfahan pada tanggal 9 Safar tahun 312H/16 februari 1030 M, Ibnu al-Miskawaih hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihi (320-450H/932-1062M) yang sebagian besar pemukanya bermazhab syiah
Dari uraan di atas dapat disimpulkan bahwa Ibnu al-Miskawaih diberi julukan sebagai Bapak Filsof Akhlak sebab Objek kajiaannya lebih menitik beratkan pada masalah Moralitas. Ibnu al-Miskawaih mengatakan bahwa kebahagian manusia meliputi kebahagian jasmani dan rohani.
Puncak prestasi bani Buwaih adalah pada masa ‘Adhud al Daulah (tahun 367 H – 372 H). Perhatiannya amat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan, dan pada masa inilah Miskawaih memperoleh kepercayaan untuk menjadi bendaharawan ‘Adhud al Daulah. Juga pada masa ini Miskawaih muncul sebagai seorang filosof, tabib, ilmuwan, dan pujangga. Tapi, disamping itu ada hal yang tidak menyenangkan hati Miskawaih, yaitu kemerosotan moral yang melanda masyarakat. Oleh karena itulah agaknya Miskawaih lalu tertarik untuk menitikberatkan perhatiannya pada bidang etika Islam
DAFTAR PUSTAKA
A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997)
Aceh Prof.Dr.H.Abu Bakar, sejarah filsafat Islam, Sala:C.V.Ramdhani, Cet. 2 th 1982.
Drajat Amroeni, Filsafat Islam buat yang pengen tahu, Jakarta:Penerbit Erlangga, cet. I th 2006
Hitti Philip K., History of The Arabs, terj. Arab oleh Edward Jurji et.al., (Beirut: t.p., 1952)
http://sejarahparatokoh.blogspot.com/2010/12/Ibnuu-miskawaih.html
Nata Dr.H. Abuddin, MA. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada, 2003)
Tamim Hasan, Tahzib al-akhlaq wa tatbir al-a’raq, (Beirut, Mansyurat Dar al-Maktabah al-Hidayat, 1398.) cet II.